Posts

ibuku: dari sudut pandang manusia dan anak

Ibu, sang mulia yang membawa hadir manusia ke dunia. manusia dirawat, dibesarkan, dan dibelai oleh segala kelembutannya. ia menjadi tempat kita untuk bercerita sekaligus menjadi tempat untuk berlindung dari kejamnya realita. Ibu, kuat dibuat oleh-Nya dan dunia. namun tidak dengan ibuku. ibuku tidak penuh dengan kelembutan, ia penuh akan gemuruh suara mendung awan gelap yang hendak menurunkan air matanya dengan sangatlah hebat. ia penuh dengan badai dan petir, maupun ombak jahat yang akan menyeret kita ke dasar laut apabila kita tak bergerak dari pesisir pantai. ibuku tidak dibuatnya kuat atau tegar oleh dunia.  ia dihancurkan oleh luka-luka keluarga yang turun-temurun diteruskan, ia dibuat seolah-olah dia harus memikul segala dosa dari nenek moyang dan para leluhurnya, untuk menuntaskan segala hal yang mereka sendiri tidak bisa tuntaskan. jiwanya digerogoti oleh rasa duka dan rasa terkengkang akan adilnya dunia hingga ia dibuatnya kacau oleh pikirannya sendiri, membuatnya seakan-akan m

bukan hari ini.

ku pikir, aku sudah melangkah maju dari sosokmu kala itu. sosok yang senyumnya pernah menjadi penenangku dikala duniaku terguncang. sosok yang sukarela menampung segala macam isi pikiranku, walaupun konyol. sosok yang selalu menggandengku di tengahnya keramaian mal di akhir pekan. sosokmu, yang pernah menjadi teman hidupku. namun ternyata, aku salah. roda kehidupanku terus berputar selayak semestinya, dan di tiap waktu tertentu, aku masih melihat secercah dirimu di segala hal. aku melihat pecahan dirimu dalam benakku ketika melihat pasangan serasi yang sedang menari di jalanan, yang saling tersenyum dan bermesraan menyusuri sudut kota sambil berpegangan tangan dan merangkul; bermesraan. aku melihatmu di kala matahari sedang menunjukkan dirinya dengan sewajarnya bersama awan-awan yang menemani, dan ketika hilir angin yang sejuk menghaluskan dirinya pada pelipih wajahku untuk menyapaku dalam indahnya dunia. aku melihat hadirmu tiba ketika alunan melodi dari instrumen piano dimainkan deng

perihal cinta

cinta. /cin·ta/ a. suka sekali; sayang benar. cinta, cinta, cinta. tumbuh dengan eksistensi media yang marak, aku rasa diriku ini selalu menemui topik cinta selalu disinggung. mulai dari lagu-lagu barat, timur-tengah, hingga lagu domestik yang terputar dalam sudut ruang mal dan kafe, dari puisi dan tulisan-tulisan yang tertoreh dari puluhan tahun yang lalu, bahkan hingga film-film yang terputar di layar-layar elektronik dari pagi hingga malam. cinta, tersirat dan tersurat dalam semua itu. bagaikan parasit jinak yang 'baik', media mengajarkanku bahwa cinta itu baik adanya. cinta, penuh zat  oxytocin;  pembawa gairah hidup. seakan-akan kau dihidupkan kembali dari alam kubur dan segala duka. cinta, pembawa rasa hangat dan syur. membara cepat di hati, layaknya api yang membakar sebuah dupa aroma. cinta, sang penakar obat segala lara di dunia. dengan hadirnya, manusia dibuatnya menjadi utuh kembali, selayaknya kita diciptakan. itulah yang dulu aku pikirkan tentang cinta: ia adalah s

malam ini dan kekalahanku.

malam ini, untuk kali pertama, aku menyapa langit di atas, kerabatku. ia sedang hampa dari bintang dan rembulan, dan aku sedang melaju kencang di jalan dengan kecepatan 50 kilometer. sama seperti langit di kala malam ini, aku pun hampa adanya. atau mungkin... aku sedang batu. batu akan perasaan yang bergejolak di hati ini bak kembang api yang meluncur dari tanah dengan berani ke arah langit untuk meletus, menunjukkan keindahannya. bedanya denganku, letusanku tidak indah bagaikan teriknya kembang api. letusanku berwujud air yang bercucur dengan hebat, seakan mereka berlomba-lomba untuk mengunjungi dagu rupaku. deru rasa sakitku perlahan-lahan meluap setelah dibungkam dari oktober lalu. ternyata... sekuat apapun diriku, aku masih tidak bisa menyangkal perasaanku sendiri, ya? malam ini,  biarlah langit hampa menemani hadirku. toh,  langit sudah menjadi sang peneman dariku lama. ia akan menjadi saksi bahwa aku sudah berjuang dengan kuat sejauh aku berlari. malam ini, biarlah aku meletus. b

'alchelois'

perkenalkan, aku Alchelois. achelois ; dewi Yunani, identik kedekatannya dengan sang purnama. dalam bahasa Inggris, ia diartikan sebagai  "she who washes the pain away". ia, seorang dewi penyembuh, yang selalu bisa meredakan sakit orang. ketertarikan ia miliki dengan segala hal di dunia ini khususnya perihal sastra,  sains, dan juga seni. absurd,  mungkin, bila kukatakan bahwa diriku merasa sama sepertinya. aku, yang terparas dengan indahnya rembulan di kala malam. bagiku, ia menjadi peneman ceritaku di kala langit redup. ia dengan segala bentuk indahnya tak letih-letih mendengar cuitanku mengenai hidup dan manusia. aku, yang selalu mencoba menjadi 'penenang' bagi lara orang lain. sebab apabila ada dua tipe orang di dunia ini antara penyantun atau pendengar, aku hanyalah bisa menjadi pendengar dengan telingaku ini. lagipula, apalah aku, bila bukan pendengar? aku, yang jatuh hati pada seni dan hal baiknya. seakan-akan jiwa ragaku tidak akan bisa malik tanpa adanya seni